Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling mematikan pada wanita, selain kanker payudara. Berdasarkan penelitian yang dirilis WHO pada tahun 2014, lebih dari 92 ribu kasus kematian pada wanita di Indonesia disebabkan oleh penyakit kanker. Dari jumlah tersebut, 10% terjadi karena kanker serviks. Sedangkan menurut data Kementrian Kesehatan RI, setidaknya terjadi 15.000 kasus kanker serviks setiap tahunnya di Indonesia.
Jenis Kanker Serviks
Deteksi jenis kanker serviks yang diderita pasien akan membantu dokter dalam memberikan penangan yang tepat. Jenis kanker servisk terbagi dua, yaitu :
- Karsinoma Sel Skuamosa (KSS)
KSS adalah jenis kanker serviks yang paling sering terjadi. KSS bermula pada sel skuamosa, yaitu sel yang melapisi luar leher rahim. - Adenokarsinoma
Jenis kanker serviks ini bermula pada sel kelenjar saluran leher rahim.
Pada kasus yang jarang, kedua jenis kanker serviks di atas dapat terjadi secara bersamaan
Stadium Kanker Serviks
Tahap atau stadium digunakan untuk menjelaskan tingkat penyebaran kanker. Semakin tinggi stadium kanker, maka semakin luas penyebarannya. Pada tahap awal, kanker serviks bisa dimulai dari adanya displasia serviks. Berikut ini adalah stadium kanker serviks berdasarkan penyebarannya:
Stadium 1
- Sel kanker tumbuh di permukaan leher rahim tetapibelum menyebar ke luar rahim
- Terdapat kemungkinan kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, namun belum menyerang organ disekitarnya
- Ukuran kanker bervariasi, bahkan bisa lebih dari 4 cm
Stadium 2
- Kanker sudah menyebar ke rahim, namun belum menyebar hingga ke bagian bawah vagina atau dinding panggul
- Terdapat kemungkinan kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, namun belum menyerang organ sekitarnya
- Ukuran kanker bervariasi, bahkan bisa lebih dari 4 cm
Stadium 3
- Kanker sudah menyebar ke bagian bawah vagina, serta menekan saluran kemih dan menyebabkan hidronefrosis
- Terdapat kemungkinan kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening tetapi belum menyerang organ di sekitarnya
Stadium 4
- Kanker serviks stadium 4 telah menyebar ke organ lain, seperti : kandung kemih, hati, paru-paru, usus dan tulang
Gejala Kanker Serviks
Kanker serviks umumnya tidak menimbulkan gejala pada stadium awal. Gejala baru muncul saat kanker memasuki stadium lanjut.
Pada kondisi tersebut, gejala yang muncul bisa berupa :
- Perdarahan melalui vagina di luar masa menstruasi, setelah berhubungan intim atau setelah menopause
- Keluar cairan berbau tidak sedap dari vagina, yang kadang bercampur darah
- Timbul rasa sakit tiap berhubungan seksual
- Nyeri panggul
Bila kanker semakin menyebar ke jaringan di sekitarnya, beberapa gejala lain yang dapat muncul meliputi :
- Diare
- Mual dan muntah
- Kejang
- Kehilangan selera makan
- Penurunan berat badan
- Perut membengkak (asites)
- Nyeri saat buang air kecil
- Terdapat darah dalam urine (hematuria)
- Perdarahan dalam dubur saat buang air besar
- Pembengkakan pada kaki
- Tubuh mudah lelah
Segera periksakan diri ke dokter jika mengalami perdarahan pada vagina setelah menopause. Walaupun umumnya disebabkan oleh kanker serviks, kondisi tersebut juga dapat disebablan oleh kondisi lain, seperti polip rahim atau vagina kering.
Penyebab Kanker Serviks
Kanker serviks terjadi ketika sel-sel yang sehat mengalami perubahan atau mutasi genetik. Mutasi genetik ini mengubah sel yang normal menjadi abnormal, kemudian berkembang secara tdak terkendali dan membentuk sel kanker. Walau demikian, hingga saat ini belum diketahui apa yang menyebabkan perubahan pada gen tersebut.
Sel kanker yang tidak ditangani, akan menyebar ke jaringan di sekitarnya. Penyebaran terjadi melalui sistem limfatik, yaitu aliran getah bening yang berfungsi menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi. Bila sudah mencapai sistem limfatik, sel kanker dapat menyebar ke berbagai organ tubuh, misalnya tulang. Proses ini disebut dengan metastasis.
Meskipun belum diketahui apa penyebab pasti kanker serviks, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko kanker ini. Faktor utama yang meningkat risiko kanker ini.
Faktor utamanya dalah kelompok virus yang disebut HPV (human papilloma virus) yang menginfeksi leher rahim. Selain daerah kelamin, HPV juga dapat menginfeksi kulit dan membran mukosa di anus, mulut serta tenggorokan.
HPV pada serviks menular melalui hubungan seksual dan penularan ini semakin berisiko bila memiliki lebih dari satu partner seksual, hubungan seks usia dini, individu dengan kekebalan tubuh lemah (misalnya pada pasien HIV/AIDS), serta penderita infeksi menular seksual, seperti : gonore, klamidia dan sifilis.
Pada banyak kasus, infeksi HPV sembuh dengan sendirinya. Tetapi pada sebagian wanita, infeksi HPV memicu perubahan abnormal pada sel rahim. Perubahan abnormal ini disebut cervical intraepitheal neoplasia (CIN), yaitu suatu kondisi pra-kanker yang akan bekembang menjadi kanker bila tidak segera ditangani.Namun demikian, diketahui hanya 5% infeksi HPV yang berkembang menjadi CIN dalam kurun waktu 3 tahun. Sedangkan perkembangan dari CIN menjadi kanker serviks dapat terjadi dalam 5 hingga 30 tahun.
Faktor lain yang dapat memicu kanker serviks adalah merokok. Wanita perokok dua kali lebih berisisko terserang kanker serviks dibanding wanita yang tidak merokok. Zat kimia di dalam rokok dapat masuk ke aliran darah, dan diyakini dapat memengaruhi sel tubuh dan memicu berbagai kanker, termasuk kanker serviks.
Disamping sejumlah faktor di atas, bbrp faktor lain yang dpat meningkatkan risiko seseorang mengalami kanker serviks adalah :
- Berat badan berlebih (obesitas)
- Kurang konsumsi buah dan sayuran
- Mengonsumsi obat pencegah keguguran dalam masa kehamilan
- Mengonsumsi pil KB selama 5 tahun atau lebih
- Melahirkan lebih dari 5 anak, atau melahirkan di bawah usia 17
- Riwayat kanker serviks dalam keluarga
Diagnosis Kanker Serviks
Deteksi kanker serviks sejak dini, akan meningkatkan kemungkinan keberhasilan pengobatan. Karena itu, dokter akan menganjurkan skrining kanker serviks, meliputi :
- Pap Smear
Prosedur ini dilakukan dengan membuka vagina menggunakan alat khusus yang dinamakan spekulum atau cocor bebek, kemudian mengambil sampel sel dari leher rahim dengan mengikis jaringan serviks dengan sikat khusus untuk diteliti di lab. Melalui pap smear, keberadaan sel-sel abnormal yang dapat berkembang menjadi kanker dapat dideteksi. - Pemeriksaan HPV DNA
Sama seperti pap smear, dokter akan menggunakan spekulum untuk membuka vagina dan mengambil sampel dari leher rahim untuk diperiksa di lab. Bedanya, tes HPV DNA bertujuan mendeteksi keberadaan virus HPV yang dapat memicu kanker serviks.
Dokter menganjurkan wanita usia 21-29 tahun mejalani pap smear tiap 3 tahun. Sedangkan pada wanita usia 30-64 tahun, kombinasi pap smear dan tes HPV DNA dapat dilakukan tiap 5 tahun, atau bisa juga dengan menjalani masing2 tes secara terpisah tiap 3 tahun. Pada wanita usia 65 tahun ke atas, mintalah saran dokter mengenai perlunya menjalani pemeriksaan pap smear.
Pasien yang diduga terserang kanker serviks dari hasil skrining akan disarankan menjalani kolposkopi. Kolposkopi adalah pemeriksaan untuk mencari kelainan sel di leher rahim. Sama seperti skirining kanker serviks, kolposkopi dilakukan dengan membuka vagina menggunakan spekuluk. Kemudian, dokter akan menggunakan mikroskop kecil yang dilengkapi lampu di ujungnya (kolposkop) untuk melihat kondisi leher rahim.
Pengobatan terhadap kanker serviks meliputi bedah, kemoterapi, radioterapi, atau kombinasi ketiganya. Metode yang dipilih tergantung kepada beberapa faktor, yaitu stadium kanker, jenis kanker, serta kondisi kesehatan pasien. Sejumlah pengobatan yang dapat dilakukan pada kanker serviks meliputi:
Anda dapat melakukan beberapa langkah pencegahan guna mengurangi risiko terserang kanker serviks, di antaranya:
- Berhubungan seks secara aman
Gunakan kondom dan hindari berhubungan seksual dengan berganti pasangan. - Menerima vaksin HPV
Vaksin HPV dapat diberikan pada wanita usia 9-26 tahun. Vaksin ini akan lebih efektif bila diberikan sebelum aktif secara seksual. - Rutin menjalani pap smear
Menjalani pap smear secara rutin berdasarkan usia membuat kondisi serviks selalu terpantau. Sehingga bila terdapat kanker, akan lebih mudah ditangani sebelum berkembang lebih lanjut. - Tidak merokok
Demikian, semoga bisa menjadikan wawasan bagi kita semua.
Sumber dari : www.alodokter.comDiperbarui terakhir : 31-08-2018Ditinjau oleh : dr. Tjin WillyReferensi:Crosbie, EJ (2013) Huan papillomavirus and cervocal cancerPetignat, P. (2007) Diagnosis and management cervical cancerNHS Choices UK (2018). Health A-Z. Cervical CancerNIH (2018). National Cancer Institute. Cervical CancerUS Department of Health and Hman Services. OWH (2018). Cervical CancerKemenkes RI (2017). Cegah Kanker Servik. Kenali Lebih Dalam Pembunuh Nomor 1 Kaum HawaWHO (2014) Cancer Country ProfileMayo Clinic (2017). Diseases and Conditions. Cervical CancerHSE (2018). Conditions and treatments Cancer CervicalAmericak Cancer Society (2018). Cervical Cancer
Be safe, be healthy, be happy
Mia (Validation)
Eni (PPIC)